Selasa, 16 Agustus 2011

Kalau Mau Hidup Lebih Lama, Olahraga


Jika orang mau berolahraga sekalipun cuma sebentar setiap hari, kegiatan itu bisa mendorong usia mereka, sementara pecandu televisi dapat menyita bertahun-tahun hidup mereka.
Kebanyakan orang berjuang untuk berpegang teguh pada panduan standard berolahraga selama 30 menit per hari, lima hari dalam satu pekan, sementara banyak ahli berharap dengan dosis lebih sedikit, makin banyak orang akan termotivasi untuk meninggalkan tempat duduk mereka.
Chi-Pang Wen dari National Health Research Institutes di Taiwan dan Jackson Pui Man Wai dari National Taiwan Sport University meneliti lebih dari 400.000 orang yang ikut dalam program penyaringan medis antara 1996 dan 2008.
Perkembangan semua relawan itu kemudian diikuti selama rata-rata delapan tahun, demikian laporan AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa (16/8).
Orang yang berada dalam satu kelompok olah raga "bervolume rendah", yang dibandingkan dengan orang yang secara fisik tak aktif, menghadapi resiko 14 persen lebih kecil untuk menghadapi kematian dini akibat semua sebab, dan 10 persen resiko kematian yang lebih rendah akibat kanker.
Kategori "volume rendah" diberlakukan pada orang yang jumlah total olah raga mereka rata-rata 92 menit per pekan, atau sekitar 15 menit per hari.
Secara rata-rata, harapan hidup mereka ialah tiga tahun lebih lama dibandingkan dengan timpalan mereka yang tidak aktif.
Manfaat yang diberlakukan pada semua usia dan jenis kelamin dan rata-rata sama dalam hal dampak kesehatan dengan kampanye yang berhasil guna mendorong orang berhenti merokok, kata para penulis studi itu --yang menerbitkan pekerjaan mereka di The Lancet, edisi "daring" (dalam jaringan).
Secara terpisah, para peneliti di Austrlia mendapati bahwa nonton TV atau video selama rata-rata enam jam per hari dapat memperpendek harapan hidup penonton sampai hampir lima tahun.
Para peneliti itu menggunakan data dari survei lintas-bagian atas 11.000 orang dewasa Australia yang berusia sedikitnya 25 tahun pada saat peralihan milenium.
Data tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah kematian dan penduduk nasional di Australia pada 2008.
Para peneliti itu memperkirakan pada 2008, orang dewasa Australia yang berusia 25 tahun dan lebih tua lagi menghabiskan 9,8 miliar jam di depan layar kecil. Masa tersebut berkaitan dengan 286.000 tahun kehidupan yang berakhir secara pradini.
Setiap jam waktu untuk menonton televisi setelah usia 25 tahun memperpendek harapan hidup pemirsa kurang dari 22 menit, demikian penjelasan mengenai angka itu.
Dalam hal penafsiran, satu jam orang berada di depan kotak tersebut rata-rata memiliki dampak yang sama pada harapan hidup dengan menghisap dua batang rokok.
Dalam kasus yang ekstrem, seseorang yang menghabiskan rata-rata waktu enam jam per hari untuk nonton TV diduga akan hidup 4,8 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang tidak nonton TV, demikian perhitungan mereka.
Studi itu, yang dipimpin oleh Lennert Veerman dari School of Population Health di University of Queensland, disiarkan di British Journal of Sports Medicine.
Para peneliti tersebut menuding nonton TV sebagai tindakan yang tidak menguntungkan, bukan karena programnya tapi gara-gara bahaya tidak-aktifnya tubuh yang bersumber dari terlalu lama duduk.
Gaya hidup santai berkaitan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, kelebihan berat dan masalah lain kesehatan.

Sumber : Yahoo

Kopi Kurangi Resiko Kanker Kulit


Ada berita gembira bagi para penggemar kopi. Berdasarkan sebuah penelitian di Amerika Serikat, kopi menunjukkan tanda dapat mengurangi resiko kanker kulit dengan membantu membunuh sel-sel yang rusak yang berpeluang dapat berubah menjadi tumor.
Temuan yang diterbitkan pada Senin itu, menunjukkan bahwa minum kafein secara wajar, atau bahkan menggunakan kopi di kulit, dapat berguna dalam menangkal kanker non-melanoma, diagnosis kanker kulit yang paling sering.
Dengan menggunakan tikus yang secara genetik telah dipengaruhi untuk menekan produksi enzim protein, ATR, dalam tubuhnya, para peneliti membuktikan bahwa tikus itu mampu menangkis kanker bahkan
bila terkena sinar ultraviolet.
Penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa minum sekitar satu cangkir kopi berkafein per hari memiliki efek menekan ATR dan memicu kematian sel yang rusak oleh sinar UV.
Tikus itu pada akhirnya menderita kanker, namun itu terjadi setelah tiga pekan, dibandingkan dengan tikus yang normal, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Laporan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional.
Setelah 19 pekan terpapar sinar ultraviolet, tikus yang direkayasa itu menunjukkan 69 persen lebih sedikit tumor dan empat kali lebih sedikit tumor invasif dibandingkan kelompok normal.
Namun, efek perlindungan hanya selama itu, setelah lebih dari 34 pekan terpapar sinar ultra violet, seluruh tikus menderita tumor.
"Akhirnya, jika anda memamar mereka dengan sinar ultra violet cukup lama, semua tikus akan menderita kanker sehingga hal itu tidak 100 persen memberikan perlindungan selamanya," kata Allan Conney, salah satu penulis, kepada AFP.
"Sungguh, dengan hampir semua jenis karsinogen, pada akhirnya semua hewan akan menderita tumor," kata Conney, yang merupakan direktur dari Laboratorium Penelitian Kanker Susan Lehman Cullman di Universitas Rutgers, New Jersey.
Conney dan timnya mampu mengkonfirmasi hipotesis mereka bahwa kafein -ketika dikonsumsi atau dioleskan pada kulit - bekerja dengan cara menghambat ATR. Sekarang mereka mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat bagaimana teori yang sama mungkin dapat juga bekerja pada manusia.
"Kami ingin melihat apakah kafein memiliki efek pada manusia bila diberikan secara berkala," katanya.
"Kafein mungkin menjadi senjata dalam pencegahan karena mampu menghambat ATR dan juga bertindak sebagai tabir surya serta langsung menyerap sinar UV yang merusak."
Kanker kulit adalah kanker paling umum di Amerika Serikat, dengan lebih dari satu juta kasus baru setiap tahun, menurut Institut Kanker Nasional.
Kanker kulit jenis non-melanoma, termasuk jenis sel basal dan sel skuamosa, adalah jenis kanker kulit yang paling sering didiagnosis dan sering dapat diobati jika terdeteksi di tahap awal.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan peminum kopi cenderung memiliki resiko lebih rendah menderita kanker payudara, rahim, prostat dan usus besar, namun efek yang bermanfaat tidak terlihat pada orang yang minum kopi tanpa kafein.

Sumber : Yahoo

Waspadai Hari Senin Bagi yang Sedang Diet


TRIBUNNEWS.COM - I dont like Monday. Hmmm, biasanya ungkapan ini banyak dikatakan sebagian besar orang. Ya, hari Senin sering menjadi musuh bagi banyak orang.
Setelah menikmati libur di akhir minggu, rasanya begitu berat untuk kembali beraktivitas di awal minggu dan kembali ke rutinitas sehari-hari. Begitu juga bagi mereka yang sedang menjaga pola makan alias berdiet. Hari Senin adalah hari yang paling perlu diwaspadai.
Coba saja Anda lihat. Di minggu sebelumnya, Anda sudah berhasil menjaga pola makan dengan sangat baik. Ketika hari Jumat tiba, Anda mungkin akan memutuskan untuk sedikit "istirahat" saat weekend. Boleh makan sedikit berlemak, bisa wisata kuliner sepuasnya. Nah, begitu hari Senin tiba, cobaan berat yang menghadang adalah untuk kembali ke rutinitas makan yang dipilih dengan cermat.
Tak heran bila ada sebagian orang yang "kebobolan" pada hari Senin, makan berlebihan tak terkendali karena masih terbawa suasana akhir minggu. Menurut para peneliti, hal ini sangat umum terjadi. Sebab, jika Anda terbiasa makan agak bebas di akhir minggu, kerja hormon leptin akan sedikit terseok di hari Senin. Hormon ini bertugas memberi sinyal ke otak bahwa Anda sudah kenyang.
Pada akhir minggu, ketika Anda menyantap makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kadar palmitic acid yang ada di dalamnya akan menghambat fungsi hormon leptin. "Itu sebabnya, pada hari Senin Anda mungkin tidak akan sulit merasa kenyang ketika makan, karena otak tidak menerima sinyal-sinyal dari hormon leptin," kata peneliti Deborah Clegg dari University of Texas, Southwestern Medical Center, Dallas.
Untuk itu, para ahli menyarankan agar Anda menyeleksi kandungan lemak yang boleh masuk ke dalam tubuh. Pilihlah jenis lemak tak jenuh tunggal karena jenis lemak ini tidak akan menghambat munculnya sinyal kenyang. Selain itu, jenis lemak ini juga sehat dan membantu Anda merasa kenyang lebih lama.

Sumber : Yahoo